Masyarakat
suku Bajo mengandalkan kawasan pesisir yang hampir berada di pedalaman sebagai
tempat tinggal. Dengan bermukim di wilayah pesisir, mereka lebih mudah
bepergian untuk mencari ikan yang merupakan mata pencaharian utama. Namun, di
balik itu, sektor pendidikan menjadi permasalahan besar yang harus
diselesaikan.
Banyak
anak-anak suku Bajo yang putus sekolah karena akses yang cukup sulit untuk
mendapatkan pendidikan di luar kawasan pemukiman. Hal ini mengakibatkan
tingginya angka buta huruf di kalangan masyarakat Bajo. Guna mengentaskan
permasalahan tersebut, masyarakat Bajo mulai menerapkan pendidikan dengan
sistem kemaritiman.
Presiden
Kekar Bajo Abdul Manan menjelaskan, kebanyakan anak suku Bajo memang kesulitan
untuk bersekolah jauh dari permukiman. Alasannya, anak suku Bajo kerap membantu
orang tua mereka mencari ikan ke tengah laut. Untuk itu, masyarakat Bajo mulai
menerapkan sistem pendidikan nonformal.
Pendidikan
nonformal diterapkan dengan cara tidak menggunakan sepenuhnya konsep dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Masyarakat Bajo justru
menjalankan sistem pendidikan mengikuti kebudayaan dan keseharian mereka, tanpa
mengesampingkan melaut. "Kita kembangkan sekolah on-off. Jadi, saat laut
sedang pasang atau bagus untuk mencari ikan, anak-anak akan pergi melaut.
Namun, jika cuaca buruk, mereka kembali lagi ke sekolah untuk belajar,"
ujar Abdul Manan dalam seminar "On Bajo-Sea Nomad in Asia Pasific",
pekan lalu.
Menurut
Manan, sejauh ini sekolah dengan sistem on-off yang diberlakukan di beberapa
pesisir tempat permukiman suku Bajo terbilang cukup efektif. Hasilnya,
anak-anak Bajo mampu menerapkan ilmu yang didapatkan dalam kehidupan
sehari-hari dan tak kalah pentingnya tidak begitu mengganggu proses mencari
ikan di laut.
Manan
mengakui, memang belum semua suku Bajo menerapkan pendidikan dengan sistem
on-off. Ke depannya, Manan berharap pemerintah pusat maupun daerah bisa
mendukung dan membantu sistem pendidikan yang diterapkan sehingga sekolah
maritim bisa sangat bermanfaat bagi masyarakat pesisir, khususnya anak Bajo
tidak terhindar dari buta huruf karena tidak bersekolah. "Yang penting ada
keterbukaan dalam sistem ini sehingga proses belajar-mengajar bisa meningkatkan
ilmu dan perekonomian suku Bajo ke depannya," papar Manan.
Potensi
pariwisata
Suku
Bajo merupakan masyarakat yang hidup dari hasil laut. Mereka kerap berdiam dan
menetap di pesisir laut. Meski memanfaatkan sumber daya laut sebagai mata
pencaharian, cara hidup dan kebudayaan suku Bajo terbilang tidak merusak
ekosistem yang ada di laut. Bahkan, masyarakat Bajo kerap menjaga habitat laut
agar manfaatnya bisa berkelanjutan.
Melihat
kebudayaan suku Bajo yang mampu mempertahankan keanekaragaman hayati biota laut,
mulai dari ikan hingga terumbu karang, Kementerian Kemaritiman tertarik
mengajak suku Bajo untuk sama-sama menghidupkan perekonomian melalui sektor
pariwisata kelautan. Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Manusia (SDM)
Kementerian Koordinator Kemaritiman (Kemenko Maritim) Safri Burhanuddin
mengatakan, suku Bajo merupakan masyarakat yang banyak tinggal di daerah
pesisir Indonesia, seperti kawasan Wakatobi, Kabuapaten Bone, Ambo, bahkan
mencapai pesisir Maluku dan Maluku Utara. Kebanyakan dari masyarakat suku Bajo
pun tinggal di daerah yang baik untuk dijadikan tempat pariwisata laut.
Safri
menjelaskan, kebudayan suku Bajo yang melestariakan habitat laut membuat daerah
yang didiami mereka lebih baik. Mulai dari terumbu karang hingga keanekaragaman
ikan di daerah tersebut lebih terjaga. Dengan kebudayaan tersebut, suku Bajo
menjadi contoh ideal sebagai masyarakat yang mampu menjaga kawasan laut.
Menurut
Safri, dengan cara menjaga kebudayaan habitat laut, Kemenko Maritim akan
mengajak masyarakat suku Bajo untuk sama-sama menghidupkan pariwisata di
sekitar pesisir laut yang menjadi tempat hidup warga Bajo. Hal ini karena
Kemenko Maritim belum bisa memercayakan pengembangan sektor ini kepada
masyarakat yang belum paham mengenai tata cara menjaga habitat laut.
"Suku
Bajo mempunyai cara tersendiri dalam mempertahankan keanekaragaman hayati di
laut. Artinya, mereka sudah pasti mampu memberikan edukasi kepada wisatawan
dalam menjaga biota laut," kata Safri dalam seminar yang sama. Bukan hanya
memperkenalkan kebudayaan suku Bajo kepada masyarakat luas, peningkatan
pariwisata di sekitar pesisir permukiman mereka juga diharap mampu meningkatkan
perekonomian warga Bajo.