BUDAYA SUKU BAJO
Terpusat di Kelurahan Bajoe, Kabupaten Bone. Orang Bajo
banyak tinggal di kawasan sepanjang pesisir teluk Bone sejak ratusan
tahun silam. Orang Bajo juga
banyak bermukim di pulau-pulau sekitar Kalimantan Timur, Maluku, dan Papua.rumah bajo yang sudah modern. Dari
segi bahasa, kendati orang Bajo mempunyai satu bahasa. Namun dialek mereka
terpengaruh dengan bahasa-bahasa daerah tempat mereka bermukim.
Perkampungan Suku Same/Bajo |
Seperti di kabupaten Lembata, mereka hanya berbahasa Bajo
dengan kaumnya, sementara itu mereka berbahasa Lamaholot bila bertemu di pasar
atau berinteraksi dengan penduduk luar kelompoknya. Pernah sekitar 6 tahun
silam saya pernah membaca artikel tentang surat orang Bajo asal Sabah, Malaysia
yang ingin menjalin ikatan dengan orang Bajo di Sulawesi Tengah, disertakan
juga sampel bahasa Bajo yang dipakai disana pula. Namun ketika sampel bahasa
Bajo Malaysia dibandingkan dengan bahasa Bajo setempat, ternyata sudah
mengalami perbedaan yang sangat jauh sebagai akibat pengaruh bahasa-bahasa
lainnya.
Orang Bajo terutama di Sulawesi Selatan banyak mengadaptasi
adat istiadat orang Bugis atau Makassar. Atau juga adat istiadat Buton di
Sulawesi Tenggara. Sedangkan orang Bajo di Sumbawa cenderung mengambil adat
Bugis, bahkan seringkali mengidentifikasi dirinya sebagai orang Bugis/Buton di
beberapa daerah.
Pernikahan Pada Orang Bajo |
Meskipun telah ratusan tahun tinggal bersama penduduk lokal
yang beragama Katolik atau Kristen di NTT, orang Bajo tetap sampai sekarang
taat menganut agama Islam, dan bagi mereka Islam adalah satu-satunya agama yang
menjadi ciri khas suku ini.
Menjaga kekayaan laut adalah salah sifat yang diemban oleh
suku Bajo. Dengan kearifannya mereka mampu menyesuaikan diri dengan ganasnya
lautan.Sebelum menetap, suku Bajo seperti sebutannya ‘manusia perahu’ merupakan
komunitas yang hidup di atas perahu. Kebudayaan seperti ini dialirkan oleh
leluhur suku Bajo. Bertahan hidup dan menyambung hidup di atas laut.
Oleh karena itu suku Bajo selalu berpindah-pindah dalam
hidupnya. Setelah memanfaatkan suatu daerah, maka mereka akan berpindah ke
tempat baru.Bagi suku Bajo,
Laut adalah sebuah masa lalu, kekinian dan harapan masa mendatang.
Laut adalah segalanya, laut adalah kehidupanya, laut adalah ombok lao, atau raja laut. Sehingga filosofi tersebut berakibat pada penggolongan manusia dalam suku Bajo. suku Bajo, dalam menempatkan orang membaginya ke dalam dua kelompok, yaitu Sama‘ dan Bagai. Sama‘ adalah sebutan bagi mereka yang masih termasuk ke dalam suku Bajo sementara Bagai adalah suku di luar Bajo.
Penyelam TOP Orang Bajo |
Penggolongan tersebut telah memperlihatkan kehati-hatian
dari suku Bajo untuk menerima orang baru. Mereka tidak mudah percaya sama
pendatang baru.
Suku Bajo, memiliki keyakinan penuh atas sebuah ungkapan, bahwa Tuhan telah memberikan bumi dengan segala isinya untuk manusia. Keyakinan tersebut tertuang dalam satu Falsafah hidup masyarakat Bajo yaitu, ‘Papu Manak Ita Lino Bake isi-isina, kitanaja manusia mamikira bhatingga kolekna mangelolana‘, artinya Tuhan telah memberikan dunia ini dengan segala isinya, kita sebagai manusia yang memikirkan bagaimana cara memperoleh dan mempergunakannya.
Suku Bajo, memiliki keyakinan penuh atas sebuah ungkapan, bahwa Tuhan telah memberikan bumi dengan segala isinya untuk manusia. Keyakinan tersebut tertuang dalam satu Falsafah hidup masyarakat Bajo yaitu, ‘Papu Manak Ita Lino Bake isi-isina, kitanaja manusia mamikira bhatingga kolekna mangelolana‘, artinya Tuhan telah memberikan dunia ini dengan segala isinya, kita sebagai manusia yang memikirkan bagaimana cara memperoleh dan mempergunakannya.
Sehingga laut dan hasilnya merupakan tempat meniti kehidupan
dan mempertahankan diri sambil terus mewariskan budaya leluhur suku Bajo. Dalam suku Bajo, laki-laki atau pria
biasa dipanggil dengan sebutan Lilla dan perempuan dengan sebutan Dinda.
Sumber :
0 comments:
Post a Comment